Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

DINAS PENDIDIKAN KAB. BARITO KUALA - Melalui Bidang Sekmen Online mencoba :

1. Menginformasikan kebijakan dan program Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Kuala dengan memanfaatkan internet guna memperpendek jarak dan menyingkat waktu dalam hal memberikan pelayanan pendidikan di Barito Kuala.
2. Menjadikan 'blog' ini sebagai sarana forum komunikasi dan urun rembuk secara non formal, baik kepada penyelenggara pendidikan di tingkat kecamatan dan sekolah serta para pemerhati dunia pendidikan.
3. (Secara Perlahan namun Pasti) Menyajikan data kependidikan di Barito Kuala bagi yang memerlukan, baik untuk kepentingan study, riset, observasi, dan lain-lain.
4. Menyajikan artikel yang berkaitan dengan kesiswaan, profesi, kelembagaan, dan lain sebagainya.
5. Serba-serbi kependidikan di Barito Kuala, dulu, saat ini, dan yang akan datang.

Senin, 12 Januari 2009

TENTANG UANG SUMBANGAN SEKOLAH, Mengajar dan Ketulusan

As.wr.wb

Tradisi tahunan menjelang dimulainya tahun ajaran baru biasanya diawali dengan Penerimaan Murid Baru. Dan disaat itulah kita sering mendengar keluh kesah dari sekian banyak orang tua murid dan atau wali murid tentang besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk meneruskan anaknya bersekolah. Lebih-lebih di jenjang menengah atas. Entah itu di SMA, MA, maupun SMK, dan termasuk juga SMP/MTs.

Walaupun sesungguhnya —terutama di Barito Kuala— biaya yang harus mereka keluarkan kalau kita bandingkan dengan di tempat lain di bumi Kalimantan ini, apalagi di Jawa sana, tempat kita tidaklah terlalu mahal. Tapi itulah memang tabi’at warga bangsa, mungkin akibat terlalu lama dijajah ‘tuan meneer’, sehingga seakan-akan nasib diri ini, masih serba kekurangan, masih serba susah, masih serba miskin, bahkan dimiskin-miskinkan, demi sebuah ‘kegratisan’. supaya segala sesuatunya harus di tanggung pemerintah, harus serba gratis, bahkan kalau bisa, makan pun maunya minta disuapin sama pemerintah.

Faktanya, tidak sedikit dari warga bangsa ini yang rela mati demi mendapatkan zakat fitrah, daging korban, rebutan BLT, sembako dan lain-lain karena ketergiuran dengan segala sesuatu yang serba gratisan. Sehingga nampaknya penduduk negeri ini belum pernah mendengar atau pura-pura tidak tahu dengan hadis nabi yang mengatakan, “tangan diatas lebih mulya dari pada tangan di bawah”.

Karena kalau kita lihat sekarang ini, dengan kacamata ‘masa (tidak terlalu) lampau’ , warga bangsa ini sesungguhnya cukup sejahtera. Hanya segelintir orang —itu pun adanya diperkotaan— yang boleh jadi tidak merasakan makan tiga kali sehari, hanya dua kali. Yang mengaku miskin, tidak jarang kalau kita tengok anaknya memiliki HP yang lumayan bagus. Yang tinggal di bawah jembatan tol pun banyak yang memiliki kulkas, sekalipun kecil. TV berwarna, walaupun hanya 12 - 14 inchi. Apalagi di Batola, rata-rata rumah mempunyai ‘bandat’ padi. Memiliki tanaman banyak. Ke ladang atau ke sawah tidak jarang banyak yang naik motor, sejalipun tidak terlalu mengkilap. Yang jelas, mereka miskin (mengaku-ngaku miskin) dengan barometer kekini-kinian. Dan kebanyakan, banyak yang hanya di penampilan saja yang dikesankan seakan-akan miskin, tidak parlente, tidak necis, padahal duit banyak disimpan di bawah ‘kasur’, emas dalam ‘peti’ besi tipis tempat penyimpanan ‘pakuyuman’. Apalagi di era serba disubsidi. Banyak yang menyembunyikan kemapanan. Akan berbeda sekiranya program pemerintah misalkan ‘ Program Pemenjaraan Manusia Miskin”. Saya berani memastikan, semua orang tidak ada yang mengaku miskin. Buktinya, para pengamen, gelandangan terorganisir, mereka semua takut dirazia para Satpol PP untuk dilakukan pembinaan.

Inilah tabi’at masyarakat bangsa melayunesia ini.

Makanya tidak heran apabila disetiap tahun ajaran dimulai, banyak celotehan, kritikan, bahkan demo kecil-kecilan memprotes biaya sekolah yang mahal (atau semakin dimahalkan dalam ucapan mereka).

Rupanya —sekali lagi— anak negeri ini lupa dengan hadis nabi “menuntut ilmu itu wajib bagi muslim”, “tuntutlah ilmu sejak dari buayan sampai keliang lahat”, ” tuntutlah ilmu walaupun kenegeri jauh (china)” dan banyak lagi hadis sejenis itu, yang kalau kita cermati jelas semua itu harus ada biaya.

Dari sinilah konteks persoalan yang ingin blogger bahas dengan rangkaian paparan di atas. Bahwa dalam pandangan islam, menuntut ilmu (siswa) dan mengajarkan ilmu (guru) dan orang yang membantu pembiayaan (orang tua murid) masuk dalam kategori jihad fii sabilillah. Dan itu bernilai ibadah yang besar. Tidak kalah nilainya dengan apabila warga masyarakat menyumbang biaya untuk membangun mushalla, langgar, atau mesjid.

Disinilah perlu penyadaran bahwa dibutuhkan ketulusan, keikhlasan, dari orang tua murid agar apabila dimintai sumbangan oleh sekolah perlu kebesaran hati, kelapangan jiwa, dan sekali lagi ketulusan supaya memperoleh keberkahan dari Allah dan dicintai penduduk langit. Sebab kalau tidak, apalagi kalau pungutan sumbangan yang dikeluarkan itu disikapi dengan mengumpat, mencaci maki, dan sikap sejenis lainnya, maka dikhawatirkan ilmu yang diserap oleh anak-anak kita dari bangku sekolah akan lenyap keberkahannya, hilang kemanfaatannya. Tidak bertambah bagus budi pekertinya. Karena sumbangan atau infaq yang disertai dengan umpatan, caci maki, hasilnya lebih cenderung kepada pembinasaan. Sebab seperti yang saya katakan tadi bahwa menyumbang untuk mesjid sama nilainya dengan menyumbang untuk lembaga pendidikan. Kedua-duanya sama-sama ibadah, sama-sama jihad di jalan Allah, dan sama-sama harus tulus, dan sama-sama tidak boleh diomongkan ke orang lain sumbangan kita itu supaya dicintai Allah dan penduduk langit lainnya.

Berubut zakat, BLT, sembako, yang tidak ibadah saja, bahkan terkadang apabila berlebihan penampakan ‘ketamakan’ disaat ingin mendapatkannya, akan turun ke derajad hina dalam pandangan siapa pun lebih-lebih pandangan Allah ajja wajalla. Toh ternyata masyarakat kita rela berkorban, nyawa sekalipun. Apalagi kalau hanya sekedar antri berpanas-panas matahari. Masa, untuk sesuatu yang maha mulia, plus memiliki deposito pahala di kahirat, dan pahala dunianya adalah berupa anak yang kita sekolahkan akan menjadi manusia yang bermartabat, bertaqwa, berbudi pekerti yang luhur, kita semua tidak rela dan ikhlas berkorban sedikit harta dunia yang sebenarnya fana/musnah binasa dan tidak kita bawa menghadap sang khalik. Oleh karena itu, mari kita mencoba merubah tabi’at kita yang serba tamak ini dengan sikap yang tawadhu, qana’ah, dan serba lapang dada.

Dan kepada kawan-kawan guru, ustadz dan uztadzah, luruskanlah niat kita untuk mengabdi bagi agama, nusa dan bangsa. Tidak hanya berhenti sebatas sebagai profesi pekerja pengajar saja, tapi jadilah pengajar sekaligus pendidik yang tulus ikhlas dengan menomorsatukan pengabdian di atas yang lainnya. Karena kalau tidak disertai ketulusan, kelapangan jiwa, ikhlas karena Allah, maka tidak pula termasuk di dalam kelompok jihad fii sabillah. Sehingga ilmu yang ditularkan kepada anak didik menjadilah ‘ia’ sia-sia dan tidak membawa kebaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik.

Mualilah kita mengawali segala aktivitas keseharian kita, lebih-lebih di awal tahun 2009 ini, segalanya harus lebih baik dari tahun kemarin, dengan niat pengabdian semata-mata karena Allah. Karena sesungguhnya apapun yang kita lakukan bisa bernilai ibadah dan tidak bernilai ibadah. Semuanya itu tergantung niat hati kita. Dan sudah semestinya ‘hati’ kita, kita latih dan biasakan berbuat dan bertindak semata karena Allah. Agar sesuai dengan firmannya, “tidak kuciptakan jin dan manusia kecuali semata-mata beribadah kepadaku”. Dan yang di teropong Allah adalah ‘hati’ kita, kemanakah hati ini di arahkan? Kepada materikah?, jabatankah?, kepangkatankah? atau kepada-NYA.

Jawabnya, yang tarakhir yang benar dan lurus.

Wassalam.





WACANA SEKOLAH GRATIS...???!
Dibalik rencana pemerintah daerah untuk menggratiskan biaya sekolah di setiap jenjang pendidikan di Barito Kuala, maka pihak Pemerintah Kabupaten dan Komisi 2 DPRD Barito Kuala merencanakan penyusunan "payung hukum" untuk menyertai kebijakan dimaksud. Supaya nanti, begitu hal itu diterapkan dan ternyata masih ada sekolah yang tidak menaati dapat dikenakan sanksi sesuai payung hukum yang ada.



PEMBANGUNAN USB...?!
Dalam rangka menjelang Wajib belajar 12 tahun dan dalam upaya Perluasan Akses dan Pemerataan Kesempatan Belajar bagi warga masyarakat 'usia sekolah' di jenjang Menengah Atas dan Kejuruan, maka Disdik Barito Kuala memprogramkan pembangunan 4 buah USB, yaitu : USB SMA Kecamatan Kuripan, USB SMA Kecamatan Tabunganen, USB SMA Kecamatan Bakumpai, dan USB SMK Kecamatan Tamban. Insya Allah pembangunannya akan dimulai di awal bulan Maret 2009.

2 komentar:

  1. Masya Allah, pengabdian yang tulus karena Allah.. Subhanallah..

    tapi ada sedikit persepsi yang berbeda pak.. yang saya pahami menuntut ilmu termasuk fi sabilillah adalah menuntut ilmu agama. Karena jika ada seseorang belajar kedokteran di jerman dan jika dia mati dalam perjalanannya menuntut ilmu kedokteran itu maka dia tidak terhitung mati syahid. Yang terhitung mati syahid adalah jika seorang penuntut ilmu agama mati dalam perjalanannya mencari ilmu agama. Ulama beri tahu bahwa "tuntutlah ilmu sejak dari buayan sampai keliang lahat” yang dimaksud adalah ilmu agama. Karena dengan agamalah yang akan membawa manusia sukses hidup dunia dan akhirat. Praktiknya para sahabat mengajarkan agama di rumah2 mereka kepada anak2 mereka sejak masih bayi hingga dewasa, hingga jaman setelah sahabat banyak sekali2 tabi'in yang merupakan anak2 sahabat nabi. Merekalah yang dimaksud dengan ahli ilmu. Hingga ke jaman setelahnya yakni jaman tabiut tabi'in. Namun maksud ilmu adalah untuk diamalkan bukan sebagai kebanggaan. Hak paling utama dari ilmu adalah menjadikan diri si penuntut ilmu bertambah iman dan taqwanya kepada Allah SWT. Namun sekarang banyak ahli ilmu yang justru mencerca orang lain, dia tidak menjadikan dirinya taqwa dengan ilmunya.

    Halnya dengan ilmu selain ilmu agama, mubah dan boleh2 saja. Selama itu memberi manfaat kepada kemashlahatan umat boleh2 saja.

    Mungkin ini agak sedikit menyimpang dari maksud artikel di atas. Saya sependapat bahwa semua aktifitas kita mesti kita arahkan dan kita niatkan dalam rangka ibadah kepada Allah Swt. Bagaimana dalam setiap pekerjaan kita ada muatan2 perintah Allah di dalamnya. Karena untuk itulah maksud kita diciptakan. Hanya beribadah kepada Alah Swt. dan ayat ini ditujukan untuk seluruh manusia sejak nabi Adam hingga hari kiamat. Namun ada kekhususan untuk umat nabi Muhammad, Allah telah tegaskan bahwa kita adalah naibnya Rasulullah Saw. yakni untuk mengajak kepada agama Allah. Dalam surat Al Ashr Allah telah beritahu kepada kita. Dan banyak ayat2 yang lain yang mengatakan perkara tersebut yakni bahwa kita dihantar oleh Allah Swt untuk membantu Agama Allah dan menjadi wakilnya Rasulullah Saw. Dan itulah yang dilakukan sahabat2 nabi.

    Artikel yang bagus pak. :) menyangkut masalah tabiat bangsa ini yang sering menuntut biaya pendidikan lebih murah. Ada banyak pihak yang mesti terkait dan menyamakan pandangan bahwa pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
    Namun permasalahannya tidak sesederhana itu. Karena di lain pihak justru banyak penyimpangan2 alokasi biaya pendidikan. Masyarakat sekarang lebih jeli dan lebih bisa menilai. Walau sebenarnya mereka memang mampu menyekolahkan anaknya dengan biaya yang tinggi. Tapi tidak semuanya memiliki kemampuan ekonomi yang sama. Justru yang terpenting bagaimana kita menyikapi perbedaan taraf ekonomi masyarakat pendidikan.

    :) just only komen pak. Salam hangat dari saya dan terima kasih banyak telah me link blog saya. Saya senang dapat saudara muslim dari jauh. Semoga Bapak dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan dimudahkan segala urusannya. mohon ijin untuk me link blog bapak... :)

    Jazakallah..
    wassalam
    hanafi

    http://hanafishahdan.blogsome.com

    BalasHapus
  2. maaf ikut nitip nih mohon saran untuk forum guru :
    www.forumgurubatola.co.cc
    from: Jumian

    BalasHapus